Bernilai Positif, Mahasiswa PJKR UNPARI Sosialisasikan Permainan Tradisional

LUBUKLINGGAU -Masa anak usia dini, merupakan masa emas dalam pembentukan dan perkembangan sel otak anak sebagai pusat kecerdasan.  Masa ini terjadi dengan sangat cepat, sebab perkembangan otak anak di usia dini telah  mencapai delapan puluh persen dari otak orang dewasa. Inilah mengapa disebut sebagai masa emas atau golden age, dan pembentukan tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan. Sebab, pendidikan merupakan sarana penting untuk membangun karakter.

Oleh karenanya, pendidikan hendaknya dilakukan sedari dini. Tidak hanya kecerdasan akademik yang didapatkan dalam sebuah pendidikan, namun juga nilai-nilai kebaikan juga bisa didapatkan melalui praktek perilaku sehari-hari. Bahkan, permainan tradisional pun juga memiliki arti penting dalam membentuk karakter.

Maka dari itu, mahasiswa Unpari yang terdiri dari Riki Herista, Sapri Ronaldi,
Amin Akbar dan Eko Subandi melakukan sosialisasi permainan tradisional di daerah Megang Kecamatan Lubuklinggau Utara II pada Selasa (26/4/2022).

“Dengan sosialisasi ini, kami ingin mengajak serta mengenalkan kepada anak-anak milenial sekarang yang sudah lupa dengan permainan tradisional agar mereka teringat kembali akan hal itu. Apalagi, di era ini banyak anak-anak yang bermain handphone dan lebih memilih bermain di rumah,”ungkapnya.

Dijelaskan mereka, tradisi permainan tradisional merupakan aset warisan budaya yang tidak ternilai harganya. Di dalamnya terkandung  nilai-nilai, seperti nilai sosial yang mengajarkan kekompakan, kerjasama, solidaritas, tolong menolong, hingga mampu menerima kekalahan.

Disamping itu, permainan tradisional juga melatih seseorang untuk mampu berpikir cepat dalam mengambil keputusan, logis, kritis, dan seimbang. Secara tidak langsung, permainan tradisional ini mengajarkan pemainnya membentuk fisik, mental, dan juga pribadinya.

“Dalam kesempatan ini, kami mengenalkan permainan pantak lele,permainan kelereng/ ekar dan permainan memasukan paku di dalam botol,”sebutnya.

Kemudian mereka menambahkan, tujuan dari sosialisasi ini sendiri untuk melestarikan nilai-nilai tradisional.

“Semoga di era milenial ini dapat mengurangi kegiatan di rumah saja dan bermain handphone, sehingga anak-anak lebih aktif di luar dan bersosialisasi sesama anak-anak seusianya,”harapnya. (Nyt)

error: fuck you not copy!!!